COD adalah jumlah oksigen (mg O2)
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter
sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara
biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan
dioksidasi oleh
kalium
bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent)
menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom. Reaksinya sebagai berikut
:
HaHbOc
+ Cr2O72- + H+ → CO2 +
H2O + Cr3+
Jika
pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi biologis,
misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan
pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic dapat
dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam,
diperkirakan 95% - 100% bahan organic dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak
tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat
lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/
(UNESCO,WHO/UNEP, 1992).
Analisis
COD
Prinsipnya
pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7)
sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan
asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu.
Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan
demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam
sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan
Metode
Analisa COD
Metoda
standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD)
yang digunakan saat ini adalah metoda yang melibatkan penggunaan oksidator kuat
kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan perak sulfat sebagai katalis.
Kepedulian
akan aspek kesehatan lingkungan mendorong perlunya peninjauan kritis metoda
standar penentuan COD tersebut, karena adanya keterlibatan bahan-bahan
berbahaya dan beracun dalam proses analisisnya. Berbagai usaha telah dilakukan
untuk mencari metoda alternatif yang lebih baik dan ramah lingkungan.
Perkembangan metoda-metoda penentuan COD dapat diklasifikasikan menjadi dua
kategori. Pertama, metoda yang didasarkan pada prinsip oksidasi kimia secara
konvensional dan sederhana dalam proses analisisnya. Kedua, metoda yang
berdasarkan pada oksidasi elektrokatalitik pada bahan organik dan disertai
pengukuran secara elektrokimia.
KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah
oksidan Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh
uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 ml contoh uji.
Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi
oleh Cr2O7(2-) dalam refluks tertutup menghasilkan Cr(3+).
Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2
mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O7(2-)
kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat
mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai
dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang
600 nm. Pada contoh uji dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan
pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau
sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi Cr2O7(2-)
pada panjang gelombang 420 nm.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis COD
KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand =
COD) adalah jumlah oksidan Cr2O7(2-) yang
bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap
1000 ml contoh uji. Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam
contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks tertutup
menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam
ekuivalen oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak.
Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada panjang
gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang
600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+)
pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai KOK yang lebih
tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai
KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi Cr2O7(2-)
pada panjang gelombang 420 nm.
Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Kadar COD
Penanggulangan kelebihan Kadar COD
Pada Trickling filter terjadi penguraian
bahan organik yang terkandung dalam limbah. Penguraian ini dilakukan oleh
mikroorganisme yang melekat pada filter media dalam bentuk lapisan biofilm.
Pada lapisan ini bahan organik diuraikan oleh mikroorganisme aerob, sehingga
nilai COD menjadi turun. Pada proses pembentukan lapisan biofilm, agar
diperoleh hasil pengolahan yang optimum maka dalam hal pendistribusian larutan
air kolam retensi Tawang pada permukaan media genting harus merata membasahi
seluruh permukaan media. Hal ini penting untuk diperhatikan agar lapisan
biofilm dapat tumbuh melekat pada seluruh permukaan genting.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa semakin lama waktu tinggal, maka nilai COD
akhir semakin turun (prosentase penurunan COD semakin besar). Hal ini
disebabkan semakin lama waktu tinggal akan memberi banyak kesempatan pada
mikroorganisme untuk memecah bahan-bahan organik yang terkandung di dalam
limbah. Di sisi lain dapat diamati pula bahwa semakin kecil nilai COD awal
(sebelum treatment dilakukan) akan menimbulkan kecenderungan penurunan nilai
COD akhir sehingga persentase penurunan CODnya meningkat seperti yang ada pada
grafik 4.6. Karena dengan COD awal yang kecil ini, kandungan bahan organik
dalam limbah pun sedikit, sehingga bila dilewatkan trickling filter akan lebih
banyak yang terurai akibatnya COD akhir turun. Begitu pula bila diamati dari
sisi jumlah tray (tempat filter media). Semakin banyak tray, upaya untuk
menurunkan kadar COD akan semakin baik. Karena dengan penambahan jumlah tray
akan memperbanyak jumlah ruang / tempat bagi mikroorganisme penurai untuk
tumbuh melekat. Sehingga proses penguraian oleh mikroorganisme akan meningkat
dan proses penurunan kadar COD semakin bertambah. Jadi prosen penurunan COD
optimum diperoleh pada tray ke 3.
Permukaan media bertindak sebagai pendukung
mikroorganisme yang memetabolisme bahan organik dalam limbah. Penyaring harus
mempunyai media sekecil mungkin untuk meningkatkan luas permukaan dalam
penyaring dan organisme aktif yang akan terdapat dalam volume penyaring akan
tetapi media harus cukup besar untuk memberi ruang kososng yang cukup untuk
cairan dan udara mengalir dan tetap tidak tersumbat oleh pertumbuhan mikroba.
Media berukuran besar seperti genting (tanah liat kering) berukuran 2-4 in akan
berfungsi secara maksimal. Media yang digunakan berupa genting dikarenakan
lahan diatas permukaan genting cenderung berongga dibanding media lain yang
biasa mensuplai udara dan sinar matahari lebih banyak daripada media lain yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba pada genting.
Pada penelitian ini, efisiensi Trickling
Filter dalam penurunan COD tidak dapat menurunkan sampai 60% dikerenakan :
a. Aliran air yang kurang
merata pada seluruh permukaan genting karena nozzle yang digunakan meyumbat
aliran air limbah karena tersumbat air kolam retensi Tawang.
b. Supplay oksigen dan
sinar matahari kurang karena trickling filter diletakkan didalam ruangan
sehingga pertumbuhan mikroba kurang maksimal.
Dalam penumbuahan mikroba distibusi air
limbah dibuat berupa tetesan agar air limbah tersebut dapat memuat oksigen
lebih banyak jika dibanding dengan aliran yang terlalu deras karena oksigen
sangat diperlukan mikroba untuk tumbuh berkembang
Penanggulangan Kekurangan Kadar COD
Senyawa
organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen dengan elemen aditif
nitrogen, sulfur, fosfat, dll cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen yang
tersedia dalam limbah air dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mendegredasi
senyawa organik akhirnya oksigen. Konsentrasi dalam air limbah menurun,
ditandai dengan peningkatan COD, BOD, SS dan air limbah juga menjadi berlumpur
dan bau busuk. Semakin tinggi konsentrasi COD menunjukkan bahwa kandungan
senyawa organik tinggi tidak dapt terdegredasi secara biologis. EM4 pengobatan
10 hari dalam tangku aerasi harus dilanjutkan karena peningkatan konsentrasi
COD. Fenomena ini menunjukkkan bahwa EM4 tidak bisa eksis baik di kondisi ini
air limbah, karena populasi yang kuat dan jumlah rendah mikroorganisme dalam
air limbah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar