Rabu, 09 Mei 2012

PENGELOLAAN LIMBAH PLASTIK DI INDONESIA: TANTANGAN, PELUANG DAN STRATEGI

PENGELOLAAN LIMBAH PLASTIK DI INDONESIA: TANTANGAN, PELUANG DAN STRATEGI



Sumber: http://3rindonesia.blogspot.com/
I. PENDAHULUAN
Sebagai bahan yang karena sifat karakteristiknya mudah dibentuk, tahan lama (durable), dan dapat mengikuti trend permintaan pasar, plastik telah mampu menggeser kedudukan bahan-bahan tradisionil dimana permintaan dari tahun ke tahunnya selalu menunjukan peningkatan. Kebutuhan plastik di Indonesia per kapitanya yang mencapai sekitar 7 kg per kapita relatif masih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya yakni sekitar 20 kg/kapita, namun dengan jumlah penduduk yang sangat besar maka total kebutuhan plastik Indonesia mencapai 24% dari total ASEAN dan berada pada peringkat kedua setelah Thailand (33%) (gambar-1). Secara keseluruhan hingga tahun 2002 diperkirakan total kebutuhan polimer di Indonesia akan mencapai 1,9 juta ton.
Meningkatnya pasar dan produksi barang plastik tersebut telah memberikan sumbangan positif terhadap devisa negara. Namun disisi lain, plastik-plastik yang sudah tidak terpakai oleh masyarakat akan dibuang dan berubah menjadi sampah. Dari total konsumsi plastik yang sudah mendekati 2 juta ton pada saat ini diperkirakan 80% berpotensi menjadi limbah. Jika keberadaan sampah plastik tersebut dibiarkan terus menerus tanpa ada upaya dalam penanganannya maka sudah dapat dipastikan penumpukan limbah plastik akan menjadi masalah yang besar. Hal ini disebabkan sifat karakterisitik sampah plastik itu sendiri yang sulit diurai oleh mikroorganisme. Penumpukan sampah plastik yang akhirnya bermuara di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) lambat laun akan memperpendek umur TPA itu sendiri.
Telah banyak upaya dilakukan dalam rangka penanganan limbah plastik ini, seperti substitusi sebagian bahan bakunya dengan menggunakan bahan yang mudah diperbaharui (renewable). Upaya ini sudah diterapkan di beberapa negara seperti Itali, India, Jepang dan lainnya yang dikenal sebagai plastik mampu urai (Environmentally Degradable Plastic/EDP). Di Indonesia berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi juga sudah mulai melakukan penelitian di bidang EDP ini seperti di ITB, P3FT LIPI, BBKKP maupun di BPPT sendiri. Sementara untuk limbah plastik yang non-degradable sementara ini dilakukan upaya pendaur ulangan sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingkat laju timbulannya, hal ini ditandai dengan banyaknya industri daur ulang limbah plastik.
Keberadaan industri daur ulang limbah plastik di Indonesia telah memberikan nilai tambah bagi sebagain besar jenis sampah plastik dan mampu menciptakan suatu iklim usaha yang cukup menjanjikan serta mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar pula.
Laju kegiatan usaha daur ulang plastik yang telah banyak menyerap tenaga kerja disektor informal ini ditentukan oleh permintaan dan pemasokan terhadap pasar. Masuknya sampah plastik impor dari berbagai negara tetangga akan merusak stabilitas harga sehingga harga ditingkat pemulung akan jatuh ke level yang sangat rendah. Hal tersebut pernah dialami Indonesia hingga awal tahun 90-an hingga pada akhirnya pemerintah melalui Menteri Perdagangan mengeluarkan peraturan No. 349/Kp/XI/1992 tentang larangan impor sampah plastik masuk ke Indonesia.
II. SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PLASTIK
Plastik merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan untuk hampir seluruh peralatan rumah tangga maupun keperluan lainnya seperti atomotif dan sebagainya. Produk barang plastik selain sangat dibutuhkan oleh masyarakat juga mempunyai dampak buruk terhadap lingkungan antara lain limbah dari proses produksi dan plastik-plastik bekas yang dibuang masyarakat. Bahan-bahan plastik bekas tersebut cukup sulit untuk dikendalikan sebagai contoh pembakaran plastik seperti PVC dapat menimbulkan asap yang mengandung HCl sedangkan plastik bekas yang tidak terpakai akan menimbulkan masalah dalam penimbunan sampah akhir karena plastik tidak dapat membusuk sehingga mengurangi efisiensi penimbunan sampah. Sampah plastik merupakan mayoritas komponen sampah yang mudah ditemui di sungai dan di bantaran sungai.
Plastik bekas adalah semua plastik yang berasal dari semua jenis barang yang terbuat dari plastik yang sudah tidak digunakan lagi. Sebagian besar dari plastik bekas ini banyak terdapat di dalam sampah yang dibuang oleh masyarakat juga di bantaran sungai. Plastik bekas berdasarkan jenisnya dapat dikelompok-kelompokkan, yaitu plastik bekas yang dapat digunakan kembali hanya dengan mencucinya dengan sabun dan air saja, tetapi ada jenis plastik bekas yang harus dihancurkan atau dibuat bahan baku yang berbentuk pelet/butiran, selain itu ada pula plastik bekas yang sudah tidak dapat digunakan lagi, plastik jenis ini biasanya plastik yang berasal dari plastik dari pemanfaatan kembali atau plastik yang sudah berulang kali penggunaannya.
Jenis plastik bekas yang dapat dimanfaatkan kembali dengan cara dicuci dengan air dan sabun antara lain botol dan alat pengemas lainnya yang berwarna putih transparant, seperti botol cuka, kemasan sabun cream, botol aqua dan lain sebagainya. Barang-barang plastik bekas yang dapat digunakan sebagai bahan baku dengan pengolahan lebih dahulu sebetulnya cukup banyak, hampir semua jenis peralatan rumah tangga yang terbuat dari plastik dapat diolah kembali dengan cara dikelompokkan berdasarkan jenis plastiknya dan warnanya, karena warna biasanya dapat menunjukkan apakah plastik tersebut masih dapat digunakan kembali.
Secara garis besar sistem pengelolaan limbah plastik saat ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Jika ditinjau proses produksi plastik dari hulu hilir, maka keseluruhan sistem plastik terdiri dari beberapa subsistem yang saling berkaitan yaitu :subsistem bahan baku primer yang merupakan proses penyiapan bahan baku plastik yang diambil dari minyak bumi (sumber daya alam) sampai diperoleh bahan baku primer berupa bijih plastik asal (virgin),subsistem proses produksi yang merupakan proses pembuatan produk plastik,Subsistem pengelolaan sampah plastik merupakan satu kesatuan dengan sistem pengelolaan sampah kota karena sampah plastik merupakan salah satu komponen sampah kota. Subsistem ini terdiri dari proses timbulnya sampah plastik, sistem pengumpulan dan pengangkutan serta sistem pembuangan akhirnya.Subsistem daur ulang plastik terdiri dari proses pengumpulan sampah plastik yang dapat didaur ulang oleh pemulung, proses pengolahan yang saat ini hanya dilakukan pemilahan jenis plastik, penggilingan sekaligus pencucian, dan pengeringan serpih plastik yang kemudian dikemas dan dikirim ke pabrik plastik sebagai bahan baku sekunder.Secara rinci, sistem daur ulang sampah plastik di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.
Sampah plastik yang terbuang di lingkungan akan secara tidak langsung merusak ekosistem melalui (1) sumbatan pada sistem saluran air yang menyebabkan sedimentasi dan banjir, (2) merusak lahan subur seperti hutan mangrove karena keberadaan sampah plastik menutupi permukaan dan mengurangi sistem pengudaraan, dan (3) karena sifatnya yang tidak dapat membusuk, akan mengurangi kapasitas lahan pembuangan akhir sampah. Untuk mengurangi sampah plastik dapat dilakukan upaya penggunaan kembali (Reuse), pengolahan untuk bahan baku sekunder produk plastik lain (Recycle), dan penggunaan untuk produk sama sekali lain misalnya bahan kimia/monomer dan energi (Revovery), yang dikenal dengan 3 R.
Selain itu, pengurangan sampah plastik dapat dilakukan dengan :
  • Subtitusi bahan baku – mengganti unsur/bahan produk dengan bahan yang mudah di daur ulang, tidak membutuhkan energi banyak, dll.
  • Pengurangan limbah – mengurangi jumlah produk atau pembungkusnya, sehingga mengurangi jumlah limbah per unit produksi.
  • Perpanjangan daur hidup – memperpanjang umur produk dan komponen-komponennya dapat mengurangi terbentuknya limbah.
  • Kemudahan untuk dapat dipisahkan dan bongkar pasang – kemudahan pemisahan dan pemanfaatan bahan menggunakan teknik tertentu sehingga setiap bagian mudah terpisahkan dan di daur ulang.
  • Daur ulang – menjamin kandungan produk dan buangan produk untuk dapat didaur ulang.
  • Mudah dalam pembuangan – menjamin bahwa bahan-bahan yang tidak dapat di daur ulang dapat dibuang dengan aman dan efisien.
  • Mudah digunakan kembali – memaksimalkan seluruh komponen produk dapat di manfaatkan, diperbaharui dan digunakan kembali.
  • Remanufaktur – memungkinkan pemanfaatan hasil-hasil pasca industri atau pasca penggunaan dapat digunakan sebagai bahan baku sekunder untuk proses lainnya.
III. ASPEK-ASPEK
Aspek-aspek yg diperkirakan mempengaruhi sistem pengelolaan sampah plastik antara lain :
1. Aspek teknologi.
Untuk saat ini, teknologi yang banyak digunakan dalam pengolahan sampah plastik hanyalah teknologi pencucian, penghancuran sampah plastik dan teknolgi pembuatan bijih plastik. Teknologi tersebut digunakan hanya untuk proses daur ulang jenis sampah plastik tertentu. Plastik yang terbuang sebagai sampah seperti plastik lembaran bekas kemasan makanan anak-anak belum dapat tertangani dan memenuhi lahan pembuangan akhir dan badan air. Sampah jenis ini dapat diolah untuk produk baru melalui teknologi pelelehan (ekstrusi). Aspek teknologi merupakan hal yang cukup penting dalam sistem pengelolaan sampah plastik. Sampai saat ini teknologi pemusnahan sampah plastik yang efisien dan aman masih sangat sedikit. Teknologi pemusnahan yang paling umum dilakukan adalah membakar sampah plastik berikut sampah lainnya sehingga terurai menjadi unsur-unsur CO, CO2, H2O, dan polutan lain yang terbawa asap hasil pembakaran dan teknologi ini dianggap sangat mempunyai risiko pada pencemaran lingkungan terutama udara.
Upaya lain dalam penanganan sampah plastik adalah dengan cara penimbunan tanah atau yang dikenal dengan sanitary landfill. Cara ini banyak dilakukan yakni dengan memasukan limbah plastik yang masih kurang diminati untuk didaur ulang bersamaan dengan sampah padat lainnya kedalam tanah kemudian ditimbun dengan tanah. Penimbunan dengan cara ini tentunya memerlukan berbagai persyaratan agar tidak menimbulkan permasalahan baru.
Cara daur ulang plastik (recycling) sudah banyak dilakukan di Indonesia dimana pada umumnya sampah plastik yang berasal dari berbagai sumber diproses dengan cara penggilingan dan pelelehan kemudian dibentuk menjadi berbagai macam produk. Berikut beberapa jenis sampah plastik yang banyak didaur ulang beserta produk yang dihasilkannya.
Pirolisis merupakan upaya lain dalam mendaur ulang sampah plastik, namun belum banyak dilakukan di Indonesia. Cara ini merupakan cara dekomposisi fisik maupun kimiawi dengan menggunakan panas tanpa adanya oksigen. Melalui cara ini plastik akan terdekomposisi menjadi molekul yang lebih kecil atau monomernya. Berikut beberapa cara pirolisis yang sudah dikembangkan di negara lain:
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi keberadaan dan memanfaatkan sampah plastik adalah pembakaran dengan menggunakan tungku (incinerator) serta memanfaatkan panas hasil pembakaran tersebut menjadi sumber enerji. Pada umumnya plastik memiliki nilai panas (heating value) lebih tinggi dari sampah lain, sekitar 2 hingga 4 kalinya. Dengan demikian maka pemanfaatan enerji dari hasil pembakaran sampah plastik merupakan alternatif yang patut dipertimbangkan. Namun perlu digarisbawahi bahwa cara pembakaran ini apabila tidak dirancang dengan benar maka akan menimbulkan permasalahan baru. Sebagai contoh pembakaran PVC akan menghasilkan asam HCl dan pembakaran urethanes menghasilkan HCN. Disamping itu, pembakaran yang kurang sempurna akan menghasilkan jelaga. Dibandingkan dengan pembakaran sampah biasa, pembakaran sampah plastik memerlukan 3 hingga 10 kali udara pembakar. Behan pencemar lain yang akan timbul sebagai akibat dari pembakaran sampah plastik adalah air atau bahan kimia lain yang berfungsi menangkap senyawa asam. Air yang digunakan untuk menangkap HCl dari hasil pembakaran akan menjadi asam dan harus diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan sungai.
Alternatif lain dalam rangka mengurangi keberadaan sampah plastik adalah dengan cara mengurangi penggunaan barang-barang berbahan baku plastik atau menggantinya dengan barang yang non-plastik. Salah satu contohnya adalah mensubstitusi bahan plastik dengan bahan yang mudah diurai dan dihancurkan oleh lingkungan seperti bahan-bahan environmentally degradable polymers (EDPs). Penggunaan EDPs ini sekarang sudah mulai diterapkan di beberapa negara seperti Italy, Korea, dan India.
2. Aspek kelembagaan
Aspek kelembagaan meliputi instansi dan organisasi yang khusus menangani sampah plastik khususnya dan barang plastik pada umumnya. Kelembagaan mempunyai fungsi yang penting dalam mengeluarkan sistem pengelolaan sampah plastik secara menyeluruh dan komprehensif termasuk didalamnya penerbitan peraturan yang berkaitan dengan sistem pengelolaan sampah plastik pada khususnya dan plastik pada umumnya. Sampai saat ini, instansi yang terkait dengan sistem pengelolaan sampah plsatik adalah Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang mengatur secara langsung sistem pengelolaan plastik dari bahan baku sampai ke produk. Kementerian Lingkungan Hidup mempunyai tugas dan fungsi dalam pengelolaan lingkungan hidup termasuk berbagai dampak yang ditimbulkan akibat proses pembuatan plastik dan produk barang plastik yang sudah tidak terpakai dan dibuang ke lingkungan. Pemerintah Daerah cq. Dinas Kebersihan merupakan instansi terdepan dalam pengelolaan sampah plastik dalam sistem pengelolaan sampah kota.
3.  Aspek kebijakan/peraturan perundang-undangan
Aspek pengaturan merupakan kumpulan peraturan yang mengatur sistem pengelolaan sampah plastik. Aspek pengaturan dapat dimulai dari penggunaan sumber daya alam untuk bahan baku plastik sampai pengelolaan sampah plastik. Dalam hal sampah plastik, baru peraturan S.K Menteri Perdagangan No. 349/Kp/XI/1992 tentang larangan impor sampah plastik ke Indonesia yang berkaitan langsung dengan sampah plastik. Dalam prinsip dasar pencemaran lingkungan akibat buangan bahan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, maka ada prinsip yang menyatakan bahwa pembuang limbah yang merusak lingkungan harus menanggung beban biaya yang ditimbulkan (polluter’s pay principle). Pengaturan ini dapat saja diterapkan di Indonesia sehingga perusahaan pembuat produk plastik dapat beramai-ramai iuran untuk membantu pengelolaan sampah plastik sehingga tidak mencemari lingkungan. Searah dengan sudah berjalannya sistem daur ulang plastik di masyarakat secara luas, maka peraturan yang mengatur mengenai sistem ini sebaiknya segera dipikirkan. Misalnya (1) pemberian label jenis plastik pada semua produk plastik yang dapat di daur ulang sehingga memudahkan pengumpulan oleh para pemulung, (2) pengaturan proses pengambilan sampah plastik di sumber-sumber sampah oleh pemulung, dan (3) pengaturan mengenai usaha daur ulang sampah plastik yang sebaiknya mendapat dukungan dari Pemerintah sebagai mitra dalam upaya pelestarian lingkungan, (4) posisi tawar antara pemulung dan pengusaha daur ulang, (5) mengintegrasikan kegiatan pengolahan limbah plastik kedalam sistem pengelolaan sampah keseluruhan.
4.  Aspek ekonomi
Daur ulang sampah plastik terutama dari jenis plastik keras seperti LDPE, HDPE, PP, dan lain-lain sudah tidak dapat disangkal lagi mempunyai prospek ekonomi yang baik. Prospek tersebut dapat dilihat dari banyaknya pemulung yang terlibat dalam proses daur ulang plastik, besarnya pasar yang membutuhkan plastik daur ulang sebagai bahan baku sekunder, dan sulitnya memperoleh sampah plastik untuk industri daur ulang pada tahun terakhir ini. Sebagai contoh Jakarta merupakan ibu kota negara dan kota metropolitan yang terbesar di Indonesia tidak luput dari masalah penanganan sampah. Dengan penduduk kota sebanyak 9 juta jiwa, Jakarta harus mengelola sebanyak 21.000 m3 sampah per hari atau setara dengan 5.000 ton per hari. Jika komposisi sampah plastik mencapai 7 % dan diserap oleh pemungut barang bekas 50% saja maka jumlah plastik yang diproses kembali sekitar 175 ton per hari. Maka jika pasaran harga per kilogram plastik Rp. 500,-, uang yang berputar dalam bisnis daur ulang plastik ini dapat mencapai sekitar 80 juta rupiah per hari atau 2,4 milyard rupiah per bulan setara dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 4.000 tenaga kerja dengan upah rata-rata Rp. 600 ribu per bulan.
Disisi lain, untuk memusnahkan plastik yang tidak mempunyai pasar daur ulang seperti produk kemasan dan kantung-kantung plastik yang banyak digunakan di supermarket, mall, dan lain sebagainya, diperlukan biaya yang cukup mahal mulai dari penelitian awal sampai implementasi peralatan. Teknologi ekstrusi (pelelehan) yang dapat memproses segala jenis plastik dan menghasilkan produk untuk genting, bangku taman, dan sebagainya yang diperkenalkan oleh salah satu perusahaan asing, kemungkinan dapat menjadi salah satu teknologi pemusnahan plastik kemasan, akan tetapi memerlukan biaya cukup besar. Dalam kasus seperti ini, maka Pemerintah dan pengusaha sebaiknya bekerja sama untuk menciptakan suatu mekanisme tataniaga plastik dan limbah plastik mulai dari produsen hingga konsumen. Mekanisme tersebut akan memberikan peluang kesempatan kerja terutama bagi mereka yang berpendidikan rendah dan tidak memiliki keahlian.
5.  Aspek peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat sangat penting peranannya dalam sistem pengelolaan sampah plastik. Di beberapa negara maju, masyarakat sudah terbiasa tidak menggunakan kantung plastik untuk membawa barang yang dibeli dari super market atau mall. Mereka telah menyadari dampak buruk yang diakibatkan oleh pembuangan maupun pembakaran sampah plastik. Dengan demikian, buangan sampah plastik dari jenis kantung dan kemasan dapat banyak terkurangi. Dalam penggunaan sehari-hari, masyarakat dapat membantu lingkungan dari pencemaran barang plastik bekas seperti (1) menggunakan produk plastik yang sudah tidak dipakai untuk kegunaan lainnya misalnya bekas-bekas ember untuk pot tanaman dan sebagainya. (2) membiasakan membawa keranjang untuk berbelanja, dan (3) tidak membeli barang dengan kemasan plastik yang tidak dapat didaur ulang (4) memilah sampah plastik mulai dari sumbernya.
Dalam kinerja sistem pengelolaan sampah plastik, maka aspek-aspek diatas perlu dimasukkan dalam pengkajian dari setiap subsistem. Pemilihan teknologi juga berkaitan sangat erat dengan aspek lainnya. Sebagai contoh, dalam memilih teknologi untuk pengolah kembali sampah plastik yang setidaknya dapat menghambat plastik menjadi sampah, maka aspek ekonomi merupakan hal yang perlu dipertimbangkan lebih dahulu. Apapun teknologi yang dipilih jika produknya tidak mempunyai pasar yang baik, maka teknologi ini tidak sustainable artinya tidak dapat berkembang dengan baik di mayarakat.
IV. AGENDA BERSAMA
Kaitannya dengan lembaga internasional, BPPT bekerjasama dengan The International Center for Science and High Technology (ICS-UNIDO) berencana mendirikan mini plant untuk daur ulang limbah plastik maupun EDP untuk jenis produk plastik yang selama ini kurang diminati untuk didaur ulang. Diharapkan kerjasama ini dapat melibatkan berbagai fihak/instansi dan perguruan tinggi yang selama ini telah dan sedang melakukan kajian dan penelitian terhadap daur ulang plastik maupun EDP.
Peran masing-masing institusi/instansi harus disesuaikan dengan tugas dan fungsi pokok dari institusi/instansi tersebut. BPPT dan instansi lain yang berkecimpung dalam pengkajian teknologi akan memfokuskan diri pada aspek teknologi. Demikian juga dengan instansi/institusi lain akan memfokuskan sesuai dengan tugas dan fungsi pokok mereka.
VI. PENUTUP
Peningkatan penggunaan plastik disatu sisi telah mendatangkan manfaat yang cukup besar serta memberikan sumbangan positif terhadap devisa negara, namun disisi lain karena sifat yang sulit diurai oleh lingkungan maka produk plastik yang sudah menjadi sampah akan menimbulkan masalah baru. Namun demikian, keberadaan sampah plastik di Indonesia pada umumnya justru telah menciptakan iklim usaha yang menguntungkan serta dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar melalui upaya daur ulang plastik.
Karena upaya daur ulang plastik ini memiliki potensi yang cukup besar dan menguntungkan bagi lingkungan karena telah dapat mengurangi keberadaannya maka perlu dilakukan sistim pengelolaan sampah plastik yang benar serta melibatkan berbagai aspek yang saling terkait satu sama lainnya. Aspek-aspek dimaksud adalah Aspek teknologi, kelembagaan, pengaturan, ekonomi, dan aspek peran serta masyarakat.
Alternatif lain dalam rangka mengurangi keberadaan sampah plastik adalah dengan cara mengurangi penggunaan barang-barang berbahan baku plastik atau menggantinya dengan barang yang non-plastik. Substitusi bahan plastik dengan bahan yang mudah diurai dan dihancurkan oleh lingkungan seperti bahan-bahan environmentally degradable polymers (EDPs) sekarang sudah mulai diterapkan di beberapa negara seperti Italy, Korea, dan India. Di Indonesia upaya tersebut masih dalam taraf percobaan skala laboratorium. Untuk melangkah kearah pilot plant dan skala industri maka diperlukan kerjasama, baik dengan mitra Indonesia sendiri maupun dengan fihak luar seperti ICS-UNIDO, Univ. of Pisa Italy, dan sebuah perusahaan swasta China.

PENCETAKAN LIMBAH PLASTIK SISTIM INJEK MANUAL

Oleh: Mohamad Yusman
yusmanmsc@email.com, yusman61@gmail.com
1. PENDAHULUAN
Daur ulang merupakan upaya memanfaatkan kembali barang-barang yang dianggap sudah tidak memiliki nilai ekonomis, melalui proses fisik maupun kimiawi atau keduanya hingga didapat suatu produk yang dapat dipergunakan dan diperjualbelikan lagi. Produk baru tersebut pada umumnya memiliki kualitas yang lebih rendah karena sudah kehilangan sebagian karakteristik bahannya. Berikut adalah sebagian nama-nama jenis sampah plastik yang biasanya didaur ulang (tabel-1).
Tabel-1 : Jenis-jenis Sampah Plastik yang Didaur ulang
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember.
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya.
Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi.
2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu:
  1. Bagaimana sampah plastik dapat didaur ulang dengan biaya yang lebih murah dan tidak bergantung kepada industri besar plastik?
  2. Adakah manfaat /keuntungan dari daur ulang sampah plastik sistim manual dilihat dari segi lingkungan dan ekonomi serta dampak positif bagi masyarakat dari sisi angkatan kerja?3. KELAYAKAN TEKNIS DAN METODOLOGI
Mata rantai pekerjaan daur ulang plastik pada umumnya bermula dari :
  1. Pemulung
  2. Pengepul
  3. Penggilingan bahan daur ulang plastik
  4. Pembuatan pelet / biji plastik
  5. Pabrik pembuatan peralatan /perabotan.
Rantai 1 hingga 3 sudah banyak dilakukan oleh para pelaku usaha daur ulang, sedangkan rantai 4 dan 5 masih terbatas dilakukan oleh pelaku daur ulang yang bermodal besar. Untuk itu, penerapan teknik pencetakan plastik sistim manual akan dapat mengurangi biaya investasi dan terjangkau oleh para pelaku daur ulang yang bermodal kecil.
Sistim manual pencetakan produk plastik pada dasarnya adalah memanaskan limbah plastik cacahan hingga meleleh dan mencetak dengan memberikan tekanan kepada cetakan yang sudah disediakan kemudian didinginkan. Produk yang dihasilkan tidak akan kalah mutunya dengan produk hasil pencetakan sistim otomatis. Secara skematik. proses manual dibandingkan dengan proses otomatis dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar-1: Perbandingan proses otomatis dan manual pencetakan limbah plastik
4. PROSPEK
Teknologi yang ditawarkan merupakan teknologi sederhana dan terjangkau oleh pelaku daur ulang plastik yang bermodal kecil. Dengan demikian maka diharapkan bahan baku daur ulang tidak harus selalu dikirim ke industri besar yang memerlukan transportasi tambahan tetapi cukup dicetak di tingkat lapak.
Disamping itu, upaya pengolahan limbah plastik menjadi produk yang fungsional dan memiliki daya jual tinggi pada saat ini memiliki prospek yang cukup cerah, apalagi saat ini isu pemanasan global dan kawasan hijau banyak didengungkan masyarakat dunia dan ini mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk menghargai bahan-bahan sisa/limbah seperti limbah plastik.
5. MANFAAT EKONOMI
Dampak dari diterapkannya sistim manual pada pencetakan produk plastik disamping mengurangi eksploitasi penggunaan bahan baku murni (virgin material), mata rantai pengolahan limbah plastik juga akan melibatkan banyak pelaku daur ulang atau dengan kata lain dapat menyerap banyak tenaga kerja yang berarti dapat mengurangi beban pengangguran di tanah air.

DAUR ULANG SAMPAH KARDUS

Oleh: Mohamad Yusman
yusmanmsc@email.com, yusman61@gmail.com
1. Latar Belakang
Kertas merupakan salah satu komoditi yang sangat dibutuhkan oleh hampir seluruh umat manusia didunia, Kehidupan modern kita sehari-hari kini tidak bisa lepas dari kertas yang bahan bakunya sebagian besar kayu hasil tebangan pohon dari hutan. Dengan demikian makin boros masyarakat memakai kertas, makin banyak pohon yang harus ditebang untuk dijadikan pulp (bubur) calon kertas. Sebagai gambaran kasar, untuk menghasilkan 1 ton serat asli pulp kimia diperlukan sekitar 1,5 ton kayu. Jadi dapat dibayangkan apabila penggunaan kertas hanya dipenuhi oleh serat asli maka akan berdampak langsung pada kelestarian lingkungan hidup.
Kebutuhan kertas di Indonesia apabila pada tahun 1987 hanya membutuhkan 782.420 ton maka pada tahun 1996 sudah mencapai angka 3.119.970 ton. Dan dari semua kertas yang dikonsumsi tersebut hanya sebagian kecil yang kembali ke pabrik untuk didaur ulang karena terjadi benturan kepentingan dengan penggunaan lain oleh masyarakat. Namun demikian bukan berarti kertas yang tidak kembali ke pabrik kertas tersebut sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat. Kertas bekas yang tidak termanfaatkan karena satu dan lain hal akhirnya akan bermuara ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga akan menambah volume sampah dan memperpendek umur TPA itu sendiri.
2. Daur Ulang Sampah Kertas/Kardus
Pemanfaatan kembali kertas bekas secara langsung untuk penggunaan lain merupakan upaya penghematan terhadap peningkatan kebutuhan kertas dari serat asli. Upaya guna ulang kertas bekas tersebut akan berdampak positif terhadap kemusnahan hutan dimasa mendatang.
Salah satu upaya daur ulang sampah kertas adalah memberi perlakuan terhadap kertas kardus bekas untuk dijadikan produk bahan pengemas kembali dengan ukuran yang sama atau lebih kecil. Hal yang perlu diperhatikan adalah permintaan jenis kardus biasanya harus seragam berdasarkan jenis gelombangnya, yakni kardus satu gelombang (one ply), 2 gelombang (two plies), dll. Disamping itu gelombang kardus tidak boleh dipress karena gelombangnya akan hilang dan mengurangi kekuatan kardus itu sendiri. Gambaran garis besar perlakuan terhadap kardus bekas adalah sebagai berikut:
Sedangkan diagram alir proses daur ulang kardus bekas disajikan pada gambar-2 berikut ini:
Lampiran Photo:
Limbah kardus
Pemotongan dengan Kachip untuk kardus ukuran kecil
Pemotongan dengan Eksentrik untuk kardus ukuran besar
Kardus ukuran kecil (mie instan) setelah dipotong Kachip
Mesin Pond sebagai pemotong dan pembentuk alur kardus bentuk baru
Mesin jahit kardus
Kardus hasil daur ulang
Kardus ukuran kecil (mie instan) setelah dipotong Kachip
Mesin Pond sebagai pemotong dan pembentuk alur kardus bentuk baru
Mesin jahit kardus
Kardus hasil daur ulang

Selasa, 08 Mei 2012

Kongres Pemuda


Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 Kongres Pemuda II - Satu Tanah Air, Bangsa dan Bahasa

Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua :
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.
Apabila kita ingin mengetahui lebih lanjut mengenai banyak hal tentang Sumpah Pemuda kita bisa menunjungi Museum Sumpah Pemuda yang berada di Gedung Sekretariat PPI Jl. Kramat Raya 106 Jakarta Pusat. Museum ini memiliki koleksi utama seperti biola asli milik Wage Rudolf Supratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta foto-foto bersejarah peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak sejarah pergerakan pemuda-pemudi Indonesia


Tonggak Sejarah Perjuangan Nasional

Salah satu tonggak sejarah perjuangan Bangsa Indonesia adalah Sumpah Pemuda yang selalu diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Namun momen penting ini tidaklah berdiri sendiri, Sumpah Pemuda merupakan hasil dari serangkaian perjuangan-perjuangan Bangsa Indonesia sejak ribuan tahun silam dalam usaha membebaskan diri dari belenggu penjajahan.
Seperti kita ketahui bersama, sebelum 1928, perjuangan telah dimulai sejak abad ke-17, dimana waktu itu perlawanan-perlawanan secara fisik dari berbagai daerah muncul akibat kekejaman dan penindasan kaum penjajah. Tak heran, kalau di tahun 1628 dan 1629 Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram berani menyerang kompeni hingga ke Batavia.
Tahun 1662 – 1669 Sultan Hasanuddin, Raja Gowa XVI juga mengadakan perlawanan mengusir penjajah di Makasar. Lalu 1817 di Ambon ada Pattimura, kemudian 1825 -1830 terjadi Perang Diponegoro, demikian pula di Sumatera, Tuanku Imam Bonjol memimpin perlawanan pada tahun 1824 hingga 1837. Perlawanan lainnya pun muncul dengan tujuan yang sama mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
Akan tetapi sangat disayangkan, perjuangan tersebut tidak membawa hasil yang diharapkan karena politik devide et impera yang diterapkan Belanda waktu itu mampu menaklukkan semua perlawanan. Belanda mampu menaklukkan hampir seluruh wilayah nusantara sehingga bangsa ini semakin mengalami penderitaan panjang.
Sadar akan hal tersebut, para pemuda Indonesia yang memiliki semangat dan jiwa patriotisme kemudian melakukan bentuk perlawanan dalam bentuk yang lain. Mereka melawan – bukan dalam arti fisik – melalui organisasi Budi Oetomo yang didirikannya pada 20 Mei 1908. Momen ini kemudian dijadikan sebagai tonggak sejarah kebangkitan pemuda Indonesia dalam pergerakan kebangsaan Indonesia, yang kemudian diakui sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Beberapa tahun kemudian tepatnya 1911 muncul Sarekat Islam yang didirikan oleh HOS Tjokroaminoto. Setahun kemudian namanya diubah menjadi Sarekat Dagang Islam. Selain itu di tahun yang sama, berdiri pula Indische Partai yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu Danudirdja Setia Budi, Ki Hajar Dewantara dan Tjipto Mangunkusumo. Tujuan politiknya sangat jelas yaitu untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Ketiga tokoh ini kemudian dibuang karena dianggap membahayakan kelangsungan Pemerintah Hindia Belanda melalui tulisan-tulisannya yang tajam di surat kabar. Demikian pula gerakan dan aksi-aksi yang mereka lakukan.
Organisasi-organisasi lain pun kemudian bermunculan, namun belum memberikan harapan yang menggembirakan. Mereka tetap tak mampu menghadapi dan memberikan perlawanan berarti disebabkan perjuangan yang mereka lakukan masih sendiri-sendiri.
Setelah menyadari kondisi seperti itu, keadaan pun lalu berubah. Para pemuda kemudian berfusi, menyatukan diri dan mengusung rasa kebangsaan yang selama ini belum tersentuh. Ini kemudian melahirkan Kongres Pemuda Indonesia I pada tahun 1926. Waktu itu cita-cita persatuan menjadi tujuan utama, namun masih belum dapat diwujudkan secara nyata.
Rasa kebangsaan dan persatuan itu mencapai puncaknya dengan kemunculan pemuda Soekarno, anggota Jong Java. Ia terus mengobarkan rasa persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai landasan untuk mencapai kemerdekaan. Pemuda yang kemudian terkenal dengan julukan Bung Karno ini mendasarkan perjuangan mencapai kemerdekaan pada kekuatan sendiri, anti kapitalisme dan imperialisme serta non-cooperation atau tak bersedia bekerja sama dengan Hindia Belanda.
Atas prakarsa Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, maka diadakan Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928. Kongres dihadiri oleh berbagai perhimpunan pemuda yang ada di Indonesia. Dalam sidang ketiga, 28 Oktober 1928 itulah kemudian dicetuskan Sumpah Pemuda yang sangat terkenal hingga sekarang.
Sumpah Pemuda sebagai tonggak sejarah perjuangan yang bersifat nasional, meliputi seluruh wilayah nusantara mencapai cita-cita bersama. Pada Kongres ini pula diperkenalkan lagu kebangsaan Indonesia Raya 3 stanza oleh Wage Rudolf Supratman.
Kata-kata keramat yang dicetuskan dalam Kongres II Pemuda Indonesia tersebut terus mengakar dalam diri setiap anak bangsa. Perjuangan terus berlanjut, perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda pun tak berhenti hingga mencapai puncak dengan diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Rasa kebangsaan, persatuan dan kesatuan harus tetap kita jaga dengan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda. Jangan sampai kerja keras para pemuda pada masa perjuangan dahulu terbuang percuma dengan kondisi Bangsa Indonesia di masa sekarang.
Kalau dulu kaum penjajah yang memecah belah bangsa Indonesia, bukan tidak mungkin persatuan dan kesatuan yang selama ini kita bina terkoyak oleh ulah bangsa sendiri. Bahasa Indonesia yang selama ini diakui sebagai bahasa persatuan rusak justru oleh perilaku bangsa sendiri.

MACAM-MACAM BENTUK, ALIRAN DAN KRITIK SASTRA


MACAM-MACAM BENTUK, ALIRAN DAN KRITIK SASTRA


BAB I PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Penulisan makalah ini ditujukan untuk menambah wawasan mahasiswa tentang kesusasteraan Indonesia dalam pengelompokkannya menurut bentuk, aliran-aliran dan kritik sastra.  Penulis memilih tema ini dikarenakan tema ini memiliki banyak buku sumber serta tema yang dipilih cukup dan sesuai terhadap apa yang selama ini dipelajari. Penulis juga, khususnya memilih tema aliran dan kritik sastra karena selama ini tidak pernah mendapatkan ajaran tersebut. Dan penulisan tema tersebut sekaligus menambah pengetahuan dan wawasan penulis.
Makalah ini juga ditujukan untukm memenuhi tugas sebagai pengganti Ujian Akhir Semester II. Sehingga dengan menambahnya wawasan, rasa cinta terhadap kesusasteraan Indonesia juga bisa menambah.

B.  RUMUSAN MASALAH
a. Apa bentuk-bentuk dari karya sastra? Jelaskan !
b. Apa saja aliran-aliran sastra di Indonesia? Jelaskan dan berikan contoh !
c.  Bagaimana periodesasi kritik sastra Indonesia? Jelaskan beserta pelopornya!

C. TUJUAN
1.  Menambah wawasan-wawasan tentang perkembangan bentuk, aliran,  kritik sastra di Indonesia
2.  Menambah rasa cinta dan kepedulian terhadap sastra Indonesia

D. MANFAAT   
Menambah wawasan terhadap sastra Indonesia, untuk kemudian bisa memiliki rasa cinta dan peduli kesusasteraan Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. BENTUK KARYA SASTRA

  A.1 PROSA

Prosa adalah karangan bebas (tidak terikat sajak, rima, baris). Dalam khasanah sastra Indonesia dikenal dua macam kelompok karya sastra menurut temanya, yakni karya sastra lama dan karya sastra baru. Hal itu juga berlaku bagi karya sastra bentuk prosa. Jadi, ada karya sastra prosa lama dan karya sastra prosa baru.

PROSA LAMA

Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan kesusastraan Indonesia maka objek pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat. Hal ini disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra Indonesia.  Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan. Disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Melayu mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.

BENTUK-BENTUK SASTRA PROSA LAMA
a.    Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul
b.    Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat. Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang
c.    Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil
d.    Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-raja dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah Hikayat,  Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan
e.    Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang.
f.     Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam

CIRI CIRI PROSA LAMA
a.     Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami perubahan secara lambat.
b.     Istanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat  feodal).
c.     Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca
dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
d.      Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab.
e.      Ceritanya sering bersifat anonim (tanpa nama)
f.      Milik bersama

PROSA BARU
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah karangan H. Moekti.

CIRI-CIRI PROSA BARU
a.     Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat)
b.     Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-hari)
c.     Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan kenyataan
d.     Dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
e.     Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
f.     Tertulis

JENIS-JENIS  PROSA

1.    Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam 
2.    Cerpen adalah jenis prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan sang pelaku pada suatu saat, yang tidak memungkinkan adanya digresi. Pertikaian yang terjadi tidak menimbulkan perubahan nasib pelaku.
3.   Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
4.  Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh: Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M. Rajab.
5.  Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan YB. Mangunwijaya.


  A.2 PUISI

Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.

UNSUR-UNSUR PUISI
a.  tema adalah tentang apa puisi itu berbicara
b. amanat adalah apa yang dinasihatkan kepada pembaca
c.  rima adalah persamaan-persamaan bunyi
d.  ritma adalah perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur
e.   metrum/irama adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh persamaan jumlah kata/suku tiap baris
f.   majas/gaya bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi ekspresi
g.  kesan adalah perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-api, dll.)
h.  diksi adalah pilihan kata/ungkapan
i.   tipografi adalah perwajahan/bentuk puisi

Puisi di bagi menjadi dua yaitu:

PUISI LAMA
1.     Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
2.     Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
3.      Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
BENTUK-BENTUK PUISI LAMA
1.       Pantun merupakan puisi Indonesia asli. Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
2.       Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
3.       Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
4.       Seloka adalah pantun berkait.
5.       Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
6.       Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
7.       Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.


PUISI BARU

Puisi baru masuk dalam kesusasteraan Indonesia sebagai akibat pengaruh kebudayaan bangsa Eropa yang menjajah bangsa Indonesia. Puisi ini sangat berbeda dengan yang dikenal bangsa Indonesia. Puisi baru populer di tahun 1930, yakni pada masa Pujangga Baru. Berdasarkan jumlah lariknya puisi baru dibedakan menjadi :
1.      Distikon adalah bentuk puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris.
2.       Tersina adalah puisi baru yang terdiri atas yiga baris setiap baitnya
3.      Kuatren adalah bentuk puisi baru yang terdiri atas empat baris dalam setiap baitnya.
4.      Kuint adalah bentuk puisi baru yang terdiri atas lima baris setiap baitnya.
5.      Septime adalah bentuk puisi baru yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris.
6.      Stanza adalah bentuk puisi baru yang terdiri atas delapan baris dalam setiap baitnya.
7.       Soneta, puisi yang berasal dari Italia ini merupakan bentuk puisi baru yang memiliki ciri:  terdiri atas empat belas baris; dengan susunan dua kuatren dan dua tersina;bagian dua kuatren berupa sampiran dan bagian sekstet merupakan bagian isi; bersajak a-b-b-a, c-d-c-, d-c-d.


PUISI MODERN

Berbeda dengan puisi lama atau puisi baru yang masih terikat oleh aturan jumlah baris atau irama, puisi modern merupakan bentuk puisi yang benar-benar bebas. Puisi modern lebih mengutamakan isi, bentuk tidak dipentingkan. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila ada puisi modern yang hanya berisi beberapa kata atau satu kalimat saja. Berdasarkan isinya, puisi modern meliputi

1.      Balada adalah puisi yang berisi cerita.
2.      Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan kasih sayang terhadap kekasih.
3.      Elegi adalah puisi ungkapan rasa duka atau sedih, karena kematian.
4.      Ode adalah puisi yang bertema mulia, berciri nada dan gaya yang resmi dan bersifat menyanjung. Puisi ini dapat menlukiskan peristiwa yang menyangkut kehidupan pribadi. Puisi ini merupakan puisiyang berisi puji-pujian terhadap Sang Pencipta atau sesuatu yang dimuliakan seperti pahlawan bangsa.
5.      Satire adalah bentuk karya sastra yang berupa puisi biasa atau puisi naratif yang berisi kritikan atau sindirian dan cemoohan terhadap masalah-maslah sosial.

A.3 DRAMA
Drama atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan asepk pementasan. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain).

B. ALIRAN-ALIRAN KARYA SASTRA


B.I Realisme
Realisme adalah aliran dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan atau kenyataan secara sesungguhnya. Para tokoh aliran ini berpendapat bahwa tujuan seni adalah untuk menggambarkan kehidupan dengan kejujuran yang sempurna dan subjektif. Pengarang realis melukiskan orang-orangnya dengan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya sampai sekecil-kecilnya, dengan tidak memihak memberi simpati atau antipati. Pengarang sendiri berada di luar, ia sebagai penonton yang objektif. Kenyataan-kenyataan itu tidak boleh ditafsirkan secara berlebihan seperti kaum romantik. Itu sebabnya karya-karya realis banyak yang berkisar pada golongan masyarakat bawah seperti kaum tani, buruh, gelandangan, pelacur dan sebagainya.
B.2 Naturalisme
Karya naturalisme sebenarnya merupakan lanjutan dari realisme. Jika realisme menyajikan  kejadian yang nyata daam kehidupan sehari-hari, naturalisme cenderung melukiskan kenyataan tampa memilih dan memilahnya. Persamaan dengan realisme adalah sama-sama melukiskan realitas dengan terperinci dan teliti namun perbedaannya pada seleksi materi.
B.3 Impresionisme
Impresionisme adalah pelahiran kembali kesan kesan sang penyair atau pengarang terhadap sesuatu yang dilihatnya. Pengarang takkan melukiskan sampai mendetail, sampai yang sekecil-kecilnya seperti dalam aliran realisme atau naturalisme.
B.4 Ekspresionisme
Aliran kesusasteraan ekspresionisme merupakan gambaran dunia batin, imaji tentang sesuatu yang dipikirkan. Dalam ekspresionisme ini, pengarang menyatakan sikap jiwanya, emosinya, tanggapan subyektifnya tentang masalah manusia, ketuhanan, kemanusiaan. Dalam sajak, misalnya, penyair tidak mengungkapkan kisah, tetapi ia langsung berteriak, menyatakan curahan hatinya.

B.5 Absurdisme
Aliran sastra ini munyuguhkan pada ketidakjelasan kenyataan. Pada dasarnya, yang dihadirkan adalah realitas manusia tetapi selalu hal-khal yang irasonal, tidak masuk akal. Mengapa demikian? Karena bentuk sastra absurdisme ini memberi ruang yang terbuka bagi para apresiator untuk memberi tafsiran masing-masing dan semuanya dikembakiakan kepada pembaca. Aliran absurdisme dapat kita temui dalam karangan Putu Wijaya, Sitor Situmorang, Budi Darma dan Iwan Simatupang.







B.6 Romantisme
Romantisme adalah aliran kesenian kesusasteraan yang mengutamakan perasaan. Oleh karena itu, romantisme bisa dikatakan aliran yang mementingkan penggunaan bahasa yang indah.dan bisa mengharukan.

B.7 Determinisme
Determinisme merupakan aliran kesusasteraan yang menekankan pada takdir.dalam determinisme ini, Takdir ditentukan oleh unsur-unsur biologis dan lingkungan bukan oleh sesuatu yang gaib seperti, Tuhan, Dewa-dewi. Penganut aliran determinisme berangkat dari paham materialisme dan tidak percaya bahwa tuhanlah yang menakdirkan demikian. Akan tetapi, takdir itu diakibatkan oleh sifat biolgis dari orangtua dan linkungan keadaan masyarakat. Tokoh Yah dalam Belenggu, Atheis,Neraka Dunia, Katak Hendak Menjadi Lembu dan Pada Sebuah Kapal adalah beberapa contoh determinisme.
B.8  Idealisme
Idealisme merupakan cabang dari aliran romantik. Rahasia alam semesta dan misteri kehidupan , dalam realisme dan naturalisme mengandalkan pada realitas. Sebaliknya, idealisme menekankan pada ide atau cita-cita. Aliran idealisme adalah aliran romantik yang mendasarkan citanya pada cita-cita si peniulis atau pada pengarangnya semata. Pengarang idealisme memandang jauh ke masa yang akan datang, dengan segala kemungkinannya yang sangat diharapkan akan terjadi. Pada dasarnya, idealisme ini mirip ramalan. Pengarang mirip tukang ramal yang menujumkan sesuatu, dan sesuatu itu adalah ide atau cita-citanya sendiri. Pengarang merasa yakin bahwa fantasinya mampu direfleksikan ke dalam realitas, sebagaimana tokoh Tuti dalam Layar terkembang, Siti Nurbaya, Katak Hendak Menjadi Lembu, Pertemuan Jodoh.

B.9 Satirisme
Karya sastra yang dimaksudkan untuk menimmbulkan cemooh, nista, atau perasaan muak terhadap penyalahgunaan dan kebodohan manusia serta pranata; tujuannya untuk mengoreksi penyelewengan dengan jalan mencetuskan kemarahan dan tawa bercampur dengan kecaman dan ketajaman. Beberapa cerita pendek Budi Darma misalnyaKecap Nomor Satu di Sekeiling Bayi”, dan A.A Navis dalam kumpulan cerita pendeknya Robohnya Surau Kami” mrupakan bentuk dari contoh karya sastra aliran absurdisme di Indonesia.

B.10 Lokalisme
Adalah istilah lain untuk jenis cerita lokal. Karya sastra ini menggambarkan corak atau ciri khas suatu masa atau daerah tertentu serta pemakainan bahasa atau kata kata daerah yang bersangkutan, dengan tujuan kisahan menjadi lebih menarik atau keasliannya tampak. Sikap dan lingkungan tokoh juga ikut mendukung corak setempat.Sejumlah fiksi para pengarang yang berasal dari Sumatera Barat merupakan karya warna lokal yang kuat di zaman Balai Pustaka. Nama Marah Rusli dan Abdul Muis yang kemudian disusul dengan B Nurdin Jakub, A.A Navis, Chairul Harun merupakan para pengarang yang membawa corak khas warna lokal dari Sumatera Barat. I Gusti Panji Tisn, Putu Arya Tirtaewirya, Faisal Baraas merupakan pengarang yang memperlihatkan corak warna local Bali Lombok. Warna Lokal ini merupakan genre yang berkembang bersama genre sastra lainnya sebab sesungguhnya di dalam cerita-cerita yang berwarna lokal muncul juga aliran-aliran lainnya.

B.11 Didaktikisme
Corak didakitisme merupakan salah satu bentuk sastra bertendens, yaitu karya sastra yang ditulis dengan maksud tertentu. Yang diutamakan dalam aliran ini adalah bagaimana pengarang menyakinkan pembacanya sehingga pembaca itu mampu mengambil teladan dan makna dari karya sastra itu. Pada zaman Angkatan Balai Pustaka para pengarang menyajikan bentuk karangan yang menentang adat dan tradisi. Adat dan tradisi kawin paksa itu lebih banyak membawa dampak negatif  daripada positif. mereka ini menulis cerita-cerita yang menentang adat, seperti Abdul Muis, Marah Rusli, Nur Sutan Iskandar, A.A Navis, Chairul Harun ,Darman Moenir dan Harris Effendi Thahar.

B.12  Atavisme
Atavisme merupaka suatu ciri bila pengarang atau sastrawan menampikan kembali bentuk dan unsur sastra lama di dalam karyanya. Seperti penggunaan pantun, atau mantra.

B.13  Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran di dalam kesusasteraan yang mula-mula dikenal dalam dunia filsafat. Pada dasarnya aliran eksistensialisme ini menganut paham bahwa manusia ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan ditentukan oleh faktor luar diri, seperti Tuhan, nasib, masyarakat dan keturunan. Eksistensialisme karya sastra yang menegaskan bahwa pembentukan sifat tabiat manusia adalah tanggung jawabnya sendiri. Dalam arya sastra ini gaya bahasa yang khas bukannah sesuatu yang terpenting. Yang terpenting adalah pandangan pengarang tentang kehidupan dan keberadaan manusia.

B.14  Detektivisme
Cerita detektif merupakan genre fiksi yang menekankan cerita pada misteri dan teka teki serta ketegangan. Karya ini mengungkapkan sebuah misteri melalui kumpulan dan tafsiran isyarat-isyarat tertentu. Hukum yang lazimnya berlaku dalam cerita detektif adalah bahwa isyarat-isyarat yang menuju penyelesaian harus diungkapkan tepat ketika sang detektif menemukan isyarat-syarat tersebut. Di Indonesia bentuk cerita detektif dimulai dari Suman Hs,. yang menulis beberapa cerita detektif panjang seperti, Kasih tak tarlarai, Percobaan Setia, Mencari pencuri Anak Perawan, Kasih tersesat dan sebagainya.


B.16 Popularisme
Cerita Populer merupakan salah satu jenis fiksi yang paling banyak dibaca dan digemari oleh para pebaca karena sifat utamanya memberi hiburan. Cerita popular ini sering disebut cerita picisan. Cerita picisan ini bila ditinjau dari sudut seni sastra tidak bermutu karena pada umumnya memperlihatkan corak suatu usaha tidak kearah kepentingan mencari uang belaka. Namun jenis bacaan popular ini menjadi kesukaan para pembaca karena sifatnya yang ringan dan gampang dicerna.

B.17 Tragedisme
 Cerita tragedisme melukiskan pertentangan daintara protagonis dengan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan keputusasaan atau kehancuran sang protaginis. . karangan dramatik sering berbentuk sajak, bertema serius dan seih, yang tokoh utamanya menemui kehancuran karena suatu kelemahan seperti keangkuhan atau iri hati. Bentuk karya tragedi lebih merupakan bencana yang dialami para tokoh cerita seperti halnya tokoh-toko cerita Tohs Mohtar, Motinggo Busye, Bur Rasuanto dan sebagainya.
B.18 Ironis- Sarkasme
Karya sastra beraliran ini pemakaiannya untuk mencemooh yang bersangkutan dengan kontras dari apa yang sebenarnya.
B.19 Eksotisisme
Karya sastra yang menunjukkan cirri-ciri eksotisme adalah yang bersangkut paut dengan latar, tokoh, dan peristiwa yang mengasyikan, mempesona, dan asing. Dengan kata lain, eksotisime menunjukkan suatu cirri khas yang sangat spesifik daam penampilan setting, dimana setting yang dipih terasa aneh dan asing bagi pembaca.

B.20 Futurisme
Aliran dalam sastra yang menganjurkan agar neninggalkan segala bentuk ekspresi gaya baru, bentuk baru, pokok baru dengan menekankan pentingnya pengganmbaran kecepatan, kekuatan dankekerasan. Menurut kaum futuris, karya sastra hendaknya menyesuaikan diri dengan zaman modern yang bergerak cepat.

 












 

D. KRITIK SASTRA


D.1 Kritik Sastra Pada Zaman Balai Pustaka

Kegiatan kritik sastra Indonesia baru dimulai pada periode Balai Pustaka. Yang menulis kritik sastra pada waktu itu adalah para sastrawan. Di samping menulis karya sastra, mereka terkadang juga menulis kritik sastra. Adapun yang boleh dikatakan kritik sastra pertama ialah terkenal dengan nama Nota Rinkes, yakni Nota over de Vlkslectuur pada zaman Balai Pustaka (tahun 1920-an) yanh memuat aturan-aturan untuk buku yang diterbitkan oleh balai pustaka.
Nota rinkes dapat dikatakan sebagai kritik sastra karena menjadi pedoman penulisan karya sastra yang antara lain berisi aturan tentang keharusan bersikap netral terhadap agama, memperhatikan syarat-syarat budi pekerti yang baik, menjaga ketertiban dan tidak boleh berpolitik melawan pemerintah sesuai dengan Politik Balas Budi. Oleh Karena itu, teori kritik sastra ini merupakan kritik normatif dan pragmatik. Hasilnya kelihatan dalam roman yang diterbitkan oleh balai pustaka, yaitu roman yang berorientasi pragmatik (memiliki tujuan tertentu) untuk memajukan dan mendidik rakyat untuk bebudi pekerti yang baik dan taat pada pemerintah. Di luar Balai pustaka, pada zaman itu ada juga penulisan kritik sastra yang meskipun sederhana oleh Mohammad Yamin. Kritik tersebut merupakan kritik sastra Indonesia yang pertama walaupun mengkritik karya sastra lama.


E.2 Kritik Sastra Pada Zaman Pujangga Baru

Kritik Sastra zaman Pujangga Baru memiliki beberapa kritikus yang berorientasi pada ekspresif dan romantik. Para kritikus tersebut adalah Sutan Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, Sutan Syahrir dan J.E. Tatenkeng. Mereka menetujui adanya konsep sastra ‘ seni untuk seni(l’ art pour l’art).
Sebagai kritikus sastrawan pujangga baru, Armijn Pane mengungkapakan bahwa, dalam kesusasteraan yang terpenting adalah isi dari karya sastra. Sementara rupa dan bentuk hanya sebagai penarik perhatian. Ia menambahkan, bila hasil karya sastra seorang pengarang dikritik, iut menjadi ukuran pengarangnya sendiri, karena dialah cermin masyarakat dan zamannya.
Kritikus pujangga baru lainnya yaitu , J.E Tatenkeng juga berorientasi yang sama, ekspresif. Selain itu, Sutan Takdir Alisyahbana, tokoh kritikus yang produktif pada zaman itu, menambahkan bahwa tujuan sastra adalah untuk membangun bangsa. Serta karya sastra harus mengandung optimisme perjuangan , semangat jangan sampai ada karya satra lembek, yang hanya akan melemahkan pembaca (masyarakat).
Sedangkan Sutan Syahrir, agak berbeda dengan Takdir, ia lebih mengarahkan kesusasteraan Indonesia kearah kiri sosialis-politis. Yaitu pragmatik sektoral, bukan pragmatik nasional. Namun keduanya memiliki kesamaan,yaitu  sastra untuk pendidikan dan bertendens.
W.J.S Poerwadaminta mengatakan bahwa sastrawan Pujangga Baru, berorientasi ekspresif karena mendasarkan karya sastra sebagai curahan perasaan, pikiran, jiwa sastrawan dan gerak sukma sebagai pertimbangan dan gerak intrepertasi.


E.3 Kritik Sastra Pada Periode Angkatan 45’

Dalam periode ini, kritik sastra berupa esai dan terapan kritik. Dan di antara para kritikus zaman ini, HB Jassin muncul sebagai kritikus yang paling menonjol. Aliran sastra realisme, naturalisme dengan gaya ekspresionalisme adalah aliran yang terkenal pada zaman ini. Kritik sastra beraliran realisme dan naturalisme dilaksanakan pertama kali oleh HB Jassin pada periode ini sebagai suatu teori kritik.
Pada saat itu juga timbul paham individualisme dan humanisme universal. Paham individualisme baru tampak dalam karya ‘Aku’ Chairil anwar sastrawan angkatan 45. Dan sajak itu kemudian menjadi lambang individulisme angkatan ’45.


E.4 Teori Sastra Kelompok Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat)

Lekra didirikan pada 17 Agustus 1950 atas inisiatif para tokoh PKI , antara lain Aidit, Nyoto, Henk Ngantung, A.S. sehingga tak heran jika corak Lekra adalah komunistis. Para seniman dan simpatisannya menganut paham realisme sosialis yang berkonsep ‘seni untuk rakyat’ dan menolak ‘seni untuk seni’ konsep dari zaman pujangga baru. Saat itu tokoh sastrawan Lekra Pramoedya Ananta Toer mempertentangkan realisme sosialis dengan realisme barat meskipun tidak tampak jelas perbedaan antara keduanya. Iaa juga menjelaskan sastra, politik dan filsafat itu tidak dapt dipisahkan. Akan tetapi, intinya seluruhnya selalu bernapaskan perlawanan terhadap segala yang berbau ‘humanisme Borjuis’ dan untuk memenangkan ‘humanisme proletar’. Dan jelaslah kritik sastra Lekra bertipe juga pragmatik




E.5  Teori Kritik Sastra Revolusioner

Teori Kritik Sastra Revolusioner adalah varian dari Teori Lekra. Teori ini berkembang pada saat Dekrit Presiden Juli 1959 dan berpusat pada gagasan Sitor Situmorang dalam bukunya Sastra Revolusioner yang mengatakan bahwa teori revolusioner berorientasi pragmatik. Menurut Sitor, untuk mengambil peran dalam revolusi serta mendapat isi revolusionernya, tradisi sastra perjuangan masa lalu harus dibangkitkan, untuk mencapai sastra nasional dan bukan sastra internasional yang diindonesiakan. Karena sesungguhnya sastra adalah milik rakyat tidak ada kelas-kelas dalam sastra. Pada hakikatnya teori lekra dan reviolusioner sama, teori pragmatik yang mengarahkan sasarannya pada penulisan sastra bagi tujuan politik.


E.6  Teori Kritik Sastra Akademik

Pada sekitar pertengahan tahun 1950-an timbul kritik sastra corak baru, yaitu kritik sastra akademik. Disebut demikian karena kritik sastra ini ditulis oleh kritikus dari kampus universitas dan mendominasi kurun waktu 1950-1988. Kritik akademik ini berlangsung dari tahun 1956-1975. Munculnya corak kritik baru ini menimbulkan reaksi sampai akhirnya timbul perdebatan. Dan kemudian periode ini cepat berakhir.


E.7  Teori Kritik Sastra Periode 1956-1975

Dari kelompok sastrawan, teori kritik sastra dalam periode ini diwakili oleh Rustandi Kartakusumah, Harijadi S. Hrtowardoyo dan Ajib Rosidi.
Rustandi Kartakusumah mengatakan kunci selera sastra adalah pengajaran. Pengajaran di kuliah sastra, mempengaruhi penciptaan sastra dan akhirnya mempengaruhi selera sastra di Indonesia. Adapun jenis kritik sastranya adalah judisial, atau memberi penilaian.
Berbeda dengan Rustandi, Harijadi menyatakan membaca adalah menggali hikmahnya. Atau, menemukan diri penyair dalam karangannya.kritik sastra harus mampu menyelidiki sampai mana penyair dapat mengungkapkan isi hatinya.
Kritik Ajib Rosidi adalah kritik judisial. Ia mengemukakan bahwa untuk memahami karya sastra seseorang, diperlukan pembicaraan dan penelitian latar belakang sosio-budaya pengarang.
R.H Lome dalam kritik sastra, ia melakukan pendekatan objektif, bersifat induktif dan mimetik. Sedangkan Umar Junus mengemukakan teori penciptaan, yaitu teoripenilaian yang intinya menyatakan bahwa suatu ciptaan harus bisa menimbulkan emosi pembaca. Atau juga bisa dikenal dengan teori induktif.
Kritik Subagyo Sastrowardoyo termasuk dalam kelompok kritik ilmiah. Tugas sastra adalah mengorganisasikan dunia seni menjadi dunia pemikiran. Kesusasteraan tidak terpisah dari penilaian, dan dalam penilaian, subaqgyo menggunakan kriteria estetik.
Aliran Rawamangun adalah kelompok sastra dari Univ. Indonesia yang lahir di daerah Rawamangun. Diprakarsai oleh M.S Hutagalung tahun 1975. dasar kritik aliran ini adalah teori objektif.


E.8  Teori kritik Sastra Periode 1976-1988

Pada tahun 1980-an teori sastra dan  kritik sastra Barat yang bermacam coraknya itu diterapkan di Indonesia oleh para sastrawan dan akademik. Seperti kritik sastra teori semiotik, kritik sastra kontekstual, realisme sosialis. Teori sastra yang dirasakan kurang sesuai dengan karya sastra Indonesia yang bercorak latar budayanya sendiri oleh sastrawan Indonesia dilakukan penyaringan. Para tokoh kritikus pada periode ini adalahKorrie Layun Rampan, Budi Darma, Pamusuk Eneste.




E.9  Teori Kritik Sastra Indonesia/Nusantara Lama/Kuna

Banyak bemunculan kajian dan kritik sastra Indonesia / Nusantara Lama/ Kuna yang menerapkan teori sastra Barat sekirtar tahun 1980-an. Beberapa mahasiswa mengedisikannya seprti naskah bali, Babad Buleleng oleh P.J Wrsley, Hikayat Sri Rama oleh Univ Indonesia, Hikayat Hang Tuah dari Fakultas sastra UGM, Kakawin Gajah Mada oleh Univ. Padjajaran, disertsi Merong Mahawangsa berbahasa Melayu Kuno, dan disertasi Hikayat Iskandar Zulkarnaen oleh UGM. Demikianlah bukti bahwa teori modern Barat bisa di adaptasi hingga kritik sastra Nusantara Lama.




BAB III PENUTUP

A.      KESIMPULAN
1.      Karya sastra Indonesia memiliki 3 bentuk. Yaitu : bentuk prosa, bentuk Puisi dan bentuk drama
2.      Prosa adalah karangan bebas. Sedangkan puisi adalah karangan yang terikat oleh aturan. Dan drama adalah sastra dalam bentuk pementasan.
3.      Karya sastra memiliki banyak aliran-aliran.
4.      kritik sastra Indonesia memiliki masing-masing zamannya, masing-masing pelopornya dan banyak teori baru.















DAFTAR PUSTAKA
Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta : Grasindo.
Ulfah, Suroto. 2000. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Layun Rampan, Korrie. 1999. Aliran-Jenis Cerita Pendek. Jakarta : Balai Pustaka.
Sardjono Pradotokusumo, Partini. 2005. Pengkajian  Sastra. Jakarta : Gramedia.